GUS DUR
Dr. K.H. Abdurrahman Wahid Lc, atau biasa kita panggil dengan nama Gus Dur. Beliau merupakan politikus Indonesia dan Presiden
Ke-4 dari tahun 1991 hingga 2001. Agar kita lebih mengenal pribadi Gus Dur, berikut
biodata beliau :
Asal usul nama panggilan Gus Dur berasal dari “Gus” adalah panggilan
kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiayi yang memiliki arti Abang
atau Mas. Dur diambil dari nama beliau sendiri. Gus Dur adalah putra pertama
dari 6 bersaudara, Dimana beliau lahir dalam keluarga yang terhormat dalam
komunitas muslim Jawa Timur. Menurut Wikipedia.com, Kakek dari ayahnya adalah K.H.
Hasim Asyari, pendiri Nadhatul Ulama (NU). Sedangkan kakek dari Ibu yakni, K.H.
Bisri Syansuri adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada Perempuan.
Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan jadi
Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok
Pesantren Denanyar Jombang.
Pada tahun 1944, Gus Dur pindah dari Jombang ke Jakarta, tempat dimana ayahnya
menjabat sebagai Ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan tentara Jepang yang
pada saat itu menjajah Indonesia. Setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap berada di sana
selama perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda. Pada akhir tahun 1949, Gus
Dur pindah ke Jakarta dan ayahnya ditunjuk sebagai Menteri Agama. Gus Dur belajar
di Jakarta, masuk ke SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Gus Dur
juga diajarkan membaca buku non-Muslim, majalah, dan koran oleh ayahnya untuk
memperluas pengetahuannya. Gus Dur terus tinggal di Jakarta dengan keluarganya
meskipun ayahnya sudah tidak jadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April
1953, ayah Wahid meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.
Pada tahun 1954, Gus Dur masuk ke Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun itu,
beliau tidak naik kelas. Ibunya lalu mengirim Gus Dur ke Yogyakarta untuk
meneruskan pendidikannya dengan mengaji kepada KH. Ali Maksum di Pondok
Pesantren Krapyak dan belajar SMP. Pada tahun 1957, Gus Dur lulus dari SMP, beliau
pindah ke Magelang untuk memulai Pendidikan Muslim di Pesantren Tegalrejo. Gus
Dur mengembangkan reputasi sebagai murid berbakat, menyelesaikan pendidikan
pesantren dalam waktu dua tahun (seharusnya empat tahun). Pada tahun 1959, Gus
Dur pindah ke Pesantren Tambakberas di Jombang. Di sana, sembari melanjutkan
pendidikannya, Gus Dur juga menerima pekerjaan pertamanya sebagai guru dan
nantinya sebagai kepala sekolah madrasah. Gus Dur juga dipekerjakan sebagai
jurnalis majalah seperti Horizon lan Majalah Budaya Jaya.
Pada tahun 1963, Gus Dur menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk
belajar di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir. Meskipun beliau adalah murid berbakat, Gus Dur harus mengambil kelas remedial sebelum belajar Islam dan
bahasa Arab. Karena tidak mampu memberikan bukti bahwa ia memiliki kemampuan
bahasa Arab. Pada akhir tahun
tahun 1964, beliau berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Di
Mesir, Gus Dur dipekerjakan di Kedutaan Besar Indonesia. Dimana
beliau diminta untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan
memberikan laporan kedudukan politik mereka. Namun beliau gagal dalam
tugasnya sehingga pada tahun 1966, beliau diberitahu bahwa ia harus mengulang
belajar. Pendidikan prasarjana Gus Dur diselamatkan melalui beasiswa di
Universitas Baghdad. Gus Dur pindah ke Irak dan menikmati lingkungan
barunya. Di sana beliau cepat belajar dan meneruskan keterlibatannya dalam
Asosiasi Pelajar Indonesia. Beliau juga
menulis majalah asosiasi tersebut. Setelah menyelesaikan pendidikannya di
Universitas Baghdad tahun 1970, Gus Dur pergi ke Belanda untuk meneruskan
pendidikannya. Gus Dur ingin belajar di Universitas Leiden, tetapi
kecewa karena pendidikannya di Universitas Baghdad kurang diakui. dari Belanda,
Gus Dur pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali
ke Indonesia tahun 1971.
Pada tahun 1999, Gus Dur terpilih sebagai Presiden RI ke 4 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Gus Dur merupakan presiden terpilih pertama di Era Demokrasi Indonesia, melalui proses Pemilihan Umum. Beliau menggantikan kepemimpinan BJ Habibie, yang menjabat sebagai Presiden pasca keruntuhan Soeharto dan Rezim Orde Baru. Namun baru menjabat 2 tahun sebagai presiden, Gus Dur harus dilengserkan pada sidang istimewa tanggal 23 Juli 2001. Lengsernya Gus Dur dipicu oleh laporan yang disampaikan Panitia Khusus (Pansus) DPR terkait dugaan penggunaan dana Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan Bulog sebesar 4 juta dollar AS. Selain itu, Gus Dur juga diduga menggunakan dana bantuan Sultan Brunei Darussalam sebesar 2 juta dollar AS. Berdasarkan tuduhan tersebut, Gus Dur dianggap melanggar UUD 1945 Pasal 9 tentang Sumpah Jabatan dan Tap MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).
Gus Dur merupakan Presiden dengan selera humor yang tinggi. Beliau dicatat sebagai salah satu pemimpin Indonesia paling berpengaruh dengan sejumlah kebijakan politik yang tegas dan berani, meski sedikit mengandung kontroversi. berikut sebagian kebijakan kontroversi yang dibuat Gus Dur :
- Penghapusan Tap MPR yang membahas tentang Partai Komunis Indonesia (PKI)
- Melepas jabatan Jusuf Kalla dan Laksamana Sukardi atas tuduhan kasus korupsi, padahal tidak ada bukti yang kuat
- Mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisikan tentang pembubaran parlemen. Isi Dekrit Presiden 23 Juli 2001 adalah pembekuan DPR dan MPR, pengembalian kedaulatan ke tangan rakyat, serta pembekuan Golkar.
- Membubarkan Departemen Penerangan agar kebebasan pers dapat terjamin. Seperti yang kita ketahui, pada jaman Presiden Soeharto memanfaatkan Departemen Penerangan sebagai alat untuk mengekang kebebasan pers. dimana pers tidak bebas memberitakan & mensuarakan berita terutama tentang kebijakan pemerintah.
- Menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 pada 17 Januari 2000. dimana kebijakannya adalah menghapus larangan merayakan Imlek. sehingga masyarakat tionghoa bisa merayakan imlek dengan suka cita tanpa harus takut. beliau selalu mengajarkan dan memberi contoh sikap yang menjunjung tinggi keadilan dan menghargai kemajemukan tanpa membedakan agama, suku, ras, bahasa, dan asal-usul. sehingga pantas Gus Dur dinobatkan sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
bagus bgt…nmbh pengetahuan dan ilmu.bermanfaat sekaliii
BalasHapusTrimakasih....
BalasHapusYuk di cek artikel lainnya...