Kamis, 17 April 2025

Benarkah Kuyang Memakai Syal di Siang Hari? Mengungkap Fakta di Balik Mitos Mengerikan

 


Di balik hiruk-pikuk keseharian masyarakat Indonesia, terutama di wilayah Kalimantan, terdapat sebuah kisah yang telah diwariskan secara turun-temurun: kisah tentang Kuyang. Sosok menyeramkan ini sering digambarkan sebagai wanita yang mampu melepas kepalanya bersama isi perut untuk terbang di malam hari, mencari darah manusia, terutama wanita hamil dan bayi yang baru lahir. Tapi benarkah mitos ini menyebut bahwa di siang hari, Kuyang menyamar sebagai manusia biasa dengan memakai syal atau selendang untuk menutupi bekas luka atau lehernya yang aneh?

Kuyang merupakan makhluk mitologi yang populer dalam cerita rakyat Kalimantan. Ia digambarkan sebagai seorang wanita yang mempelajari ilmu hitam untuk mencapai kehidupan abadi. Dalam praktik ilmu tersebut, ia harus melepaskan kepala dan organ dalamnya dari tubuh untuk berburu darah segar—yang diyakini dapat menjaga kecantikannya dan memperkuat kekuatannya. Dalam berbagai versi cerita, Kuyang adalah seorang dukun wanita atau orang yang mendalami ilmu hitam (ilmu leak), yang telah membuat perjanjian dengan kekuatan gaib demi kekuatan supranatural.


Salah satu kepercayaan yang berkembang menyebut bahwa di siang hari, Kuyang menyamar sebagai manusia biasa. Namun karena lehernya memiliki bekas luka atau bekas sambungan antara kepala dan tubuh, ia disebut sering menutupi bagian tersebut dengan kain panjang seperti syal, selendang, atau kerudung. Mitos ini begitu kuat sampai ada kekhawatiran yang berlebihan terhadap perempuan yang mengenakan syal di siang hari, terutama jika mereka terlihat tertutup atau menghindari kontak sosial. Padahal, bisa jadi mereka hanya ingin tampil modis atau sekadar melindungi diri dari sinar matahari.


Cerita tentang syal kemungkinan besar berasal dari observasi masyarakat terhadap wanita misterius yang hidup menyendiri atau berpakaian tidak biasa. Dalam masyarakat tradisional yang sangat menjaga norma, segala bentuk keanehan bisa dianggap sebagai hal mistis. Menurut beberapa warga Kalimantan, ada kesaksian bahwa mereka pernah melihat wanita yang mencurigakan sering memakai syal tebal meskipun cuaca panas. Namun, kesaksian ini sangat subjektif dan tidak bisa dijadikan bukti ilmiah.


Antropolog menyebutkan bahwa mitos seperti Kuyang sebenarnya berfungsi sebagai alat untuk menjaga norma sosial. Misalnya, larangan terhadap wanita untuk keluar malam saat hamil, peringatan agar tidak sembarangan mempercayai orang asing, dan sebagainya. Mitos ini menjadi cara tradisional untuk menjaga keselamatan masyarakat, terutama anak-anak dan wanita hamil. Dengan demikian, cerita tentang syal hanyalah bentuk visualisasi agar masyarakat bisa lebih “waspada” terhadap sosok Kuyang di siang hari. Namun, Tidak sedikit yang mengaku pernah melihat Kuyang. Mulai dari ibu rumah tangga hingga petugas medis di desa. Tapi adakah bukti nyata?


Sayangnya, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah atau dokumentasi yang bisa membuktikan keberadaan Kuyang. Banyak laporan hanya berdasarkan pengalaman personal yang bisa jadi dipengaruhi oleh sugesti, trauma, atau kondisi psikologis tertentu. Bahkan, para ahli psikologi menyebut bahwa ketakutan massal bisa menciptakan “delusi kolektif” di mana sebuah komunitas benar-benar percaya akan suatu hal meskipun tidak ada bukti konkret.


Hal ini membuktikan bahwa menyamaratakan semua perempuan bersyal sebagai Kuyang adalah bentuk stigma yang tidak adil. Di dunia modern saat ini, fashion sangat bervariasi dan syal bisa dikenakan oleh siapa saja tanpa kaitan dengan mitos. Namun, tidak bisa disangkal bahwa mitos ini masih melekat kuat dalam budaya lisan masyarakat. Bagi sebagian orang, cerita ini tetap menjadi bagian penting dari identitas lokal.


Seiring berkembangnya media sosial dan film horor Indonesia, sosok Kuyang semakin dikenal luas. Banyak film dan video YouTube yang menampilkan karakter Kuyang dengan visual yang menyeramkan—sering kali memakai syal di siang hari dan berubah menjadi makhluk mengerikan saat malam tiba. Sayangnya, gambaran ini kadang terlalu dilebih-lebihkan dan memperkuat stigma terhadap perempuan yang berbeda atau tertutup. Jadi, benarkah Kuyang memakai syal di siang hari? Jawabannya: mungkin benar dalam ranah mitos dan cerita rakyat, tapi tidak terbukti dalam kenyataan ilmiah.


Syal hanyalah kain. Yang perlu kita waspadai adalah sikap curiga berlebihan yang bisa melukai sesama manusia. Daripada menyalahkan kain, lebih baik kita memahami nilai di balik cerita tersebut—yakni kehati-hatian, perlindungan terhadap ibu hamil, dan penghargaan terhadap kearifan lokal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar