Monday, April 21, 2025

Kontroversi Film Jumbo: Film Anak Karya Indonesia yang Dinilai Mengandung Unsur Tidak Mendidik?


Di tengah maraknya film asing yang mendominasi layar lebar, muncul sebuah karya animasi lokal yang menyita perhatian publik, yakni film Jumbo (2025). Film ini bukan hanya sebuah hiburan, melainkan bukti nyata bahwa anak bangsa mampu menciptakan tontonan berkualitas tinggi, baik dari segi visual, narasi, maupun pesan moral. Sebagai penulis blogger yang peduli pada dunia perfilman Indonesia, saya merasa perlu mengulas Jumbo secara lebih mendalam. Bukan hanya karena film ini berhasil menyentuh emosi penontonnya, tapi juga karena munculnya berbagai tanggapan pro dan kontra terhadap konten yang disajikan.


Melalui artikel ini, kita akan menelusuri alur cerita Jumbo, menggali pesan-pesan tersembunyi di balik petualangan Don, serta menyoroti kontroversi yang muncul di kalangan masyarakat. Apakah film ini benar-benar layak untuk anak-anak? Atau justru menyimpan hal-hal yang patut dikritisi?


Pertama-tama Mari kita ke Alur Cerita Film Jumbo (2025) “Petualangan Don dan Buku Dongeng Ajaib”


Don adalah anak laki-laki berusia 10 tahun yang tinggal di Kampung Seruni. Ia tumbuh sebagai anak yang cerdas, imajinatif, dan sangat menyukai dongeng. Setiap malam, ia membaca buku dongeng peninggalan orang tuanya yang sudah meninggal. Buku itu bukan sekadar hiburan, tapi juga menjadi penghubung emosional antara Don dan kenangan orang tuanya. Di kampung, akan diadakan pentas seni anak-anak. Don sangat ingin tampil dan membacakan dongeng dari bukunya. Sayangnya, kehadiran Don memicu rasa iri dari Atta, anak yang merasa selalu ingin menjadi pusat perhatian. Atta kemudian mencuri buku dongeng Don secara diam-diam.


Dalam pencarian buku itu, Don secara tak sengaja terseret ke dunia dongeng melalui sebuah portal ajaib. Di dunia itu, ia bertemu Meri, seorang anak perempuan misterius yang juga sedang mencari orang tuanya yang hilang. Meri adalah karakter dari dunia dongeng yang ternyata memiliki kaitan dengan cerita di buku Don. Disana Don dan Meri menghadapi banyak rintangan seperti hutan gelap, monster penjaga, dan teka-teki ajaib. Dalam perjalanan itu, Don belajar banyak hal, termasuk pentingnya keberanian, pengorbanan, dan saling percaya.


Setelah petualangan panjang, Don berhasil mendapatkan kembali bukunya dan pulang ke dunia nyata. Ia pun tampil di pentas seni, bukan hanya membacakan dongeng, tapi juga membagikan kisah petualangannya. Atta yang awalnya jahat pun mulai berubah, setelah melihat ketulusan Don. Film ini ditutup dengan adegan Don menatap langit malam sambil membuka halaman terakhir bukunya. Ia sadar bahwa meskipun orang tuanya telah tiada, kenangan dan pelajaran dari mereka akan selalu hidup dalam dirinya.


Meskipun film  "Jumbo" mendapat pujian karena visualnya yang memukau dan pesan moralnya, beberapa pihak mengkritik film ini karena dianggap menampilkan adegan perundungan yang dapat ditiru oleh anak-anak. Namun, menurut ku pribadi film ini justru bertujuan untuk mengajarkan anak-anak tentang cara menghadapi perundungan dengan keberanian dan dukungan dari teman-teman. 


Film ini Disutradarai oleh Ryan Adriandhy dan diproduksi oleh Visinema Studios. Film Jumbo ini melibatkan lebih dari 200 kreator Indonesia dalam proses pembuatannya selama hampir lima tahun. Film ini juga menjadi film animasi Indonesia pertama yang dirilis secara global di 17 negara. Berikut kesimpulan setelah menonton film Jumbo:


1. Pesan Moral yang Kuat. Dimana film ini menyampaikan pesan penting tentang persahabatan, keberanian, dan ketulusan hati. Don dan Meri menunjukkan bahwa kerja sama dan niat baik bisa mengatasi rintangan sebesar apa pun.

2. Visual dan Animasi Berkualitas. Sebagai karya anak bangsa, Jumbo menampilkan kualitas animasi yang membanggakan. Detail karakter dan latar tempat terasa hidup dan mendalam, sebanding dengan animasi luar negeri.

3. Edukatif, Tapi Perlu Pendampingan. Meski alur cerita film membawa nilai-nilai positif, film ini mengandung unsur konflik seperti pencurian dan perundungan yang mungkin menimbulkan pertanyaan pada anak-anak. Oleh karena itu, kehadiran orang tua saat menonton sangat penting untuk membantu menjelaskan konteks.

4. Bangga pada Karya Anak Negeri. Film Jumbo menjadi bukti bahwa Indonesia mampu memproduksi film animasi berkualitas internasional. Ini adalah loncatan besar bagi dunia perfilman anak di tanah air.

5. Layak Tonton, dengan Catatan. Film ini cocok untuk ditonton anak-anak dengan arahan atau diskusi setelahnya, agar mereka menangkap pesan yang tepat dan tidak hanya meniru aksi karakter yang negatif.


No comments:

Post a Comment