Kamis, 10 April 2025

Tekanan Darah Tinggi Saat Hamil? Waspada Preeklampsia yang Bisa Berujung Eklampsia!

 


Eklampsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan kejang akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Kondisi ini merupakan bentuk lanjutan dari preeklampsia, yang dapat membahayakan ibu dan janin. Hingga saat ini, penyebab pasti eklampsia belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor utama yang berkontribusi meliputi:


1. Gangguan pada Plasenta

Plasenta adalah organ yang menyediakan oksigen dan nutrisi bagi janin. Pada kehamilan dengan preeklampsia, pembuluh darah di plasenta tidak berkembang dengan sempurna, sehingga aliran darah ke janin dan ibu terganggu. Akibatnya:

  • Tekanan darah ibu meningkat untuk mengimbangi pasokan darah ke janin.
  • Kekurangan oksigen pada plasenta memicu pelepasan zat kimia yang menyebabkan peradangan dan disfungsi pembuluh darah di seluruh tubuh ibu.

2. Gangguan pada Pembuluh Darah

Eklampsia terjadi ketika pembuluh darah di otak ibu mengalami gangguan akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Beberapa efeknya:

  • Vasospasme (penyempitan pembuluh darah): Mengurangi aliran darah ke otak, menyebabkan sakit kepala, gangguan penglihatan, dan kejang.
  • Edema otak (pembengkakan otak): Akibat peningkatan tekanan darah yang ekstrem, menyebabkan gangguan saraf dan hilangnya kesadaran.

3. Hipertensi Kronis atau Hipertensi Kehamilan

Ibu yang memiliki riwayat hipertensi sebelum atau selama kehamilan berisiko lebih tinggi mengalami preeklampsia yang berkembang menjadi eklampsia. Hipertensi menyebabkan tekanan yang berlebihan pada jantung dan pembuluh darah, yang pada akhirnya memicu komplikasi serius.


4. Gangguan Fungsi Hati dan Ginjal

Pada preeklampsia yang berkembang menjadi eklampsia, hati dan ginjal bisa mengalami:

  • Disfungsi hati: Ditandai dengan nyeri di perut bagian kanan atas, peningkatan enzim hati, dan kerusakan sel hati.
  • Disfungsi ginjal: Ginjal tidak mampu menyaring protein dengan baik, menyebabkan proteinuria (protein dalam urin) dan pembengkakan tubuh yang ekstrem.

5. Peradangan dan Stres Oksidatif

Ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan sistem antioksidan dalam tubuh menyebabkan stres oksidatif, yang memperburuk kerusakan pembuluh darah. Kondisi ini memperparah tekanan darah tinggi dan meningkatkan risiko kejang eklampsia.


6. Faktor Genetik dan Imunologi

Beberapa wanita lebih rentan mengalami preeklampsia dan eklampsia karena faktor genetik atau gangguan sistem imun, termasuk:

  • Riwayat keluarga dengan preeklampsia.
  • Respons imun tubuh yang tidak normal terhadap kehamilan, menyebabkan peradangan dan disfungsi plasenta.


Bagaimana Preeklampsia Berkembang Menjadi Eklampsia?

  1. Preeklampsia ringan: Tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg) disertai proteinuria ringan dan sedikit pembengkakan.
  2. Preeklampsia berat: Tekanan darah meningkat drastis (≥160/110 mmHg), sakit kepala parah, nyeri perut, gangguan penglihatan, dan edema ekstrem.
  3. Eklampsia: Ibu mengalami kejang akibat gangguan aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan koma atau kematian jika tidak segera ditangani.


Penyebab dan Faktor Risiko

Eklampsia terjadi akibat peningkatan tekanan darah yang menyebabkan gangguan pada otak, hati, dan ginjal. Beberapa faktor risiko eklampsia meliputi:

  • Hipertensi kehamilan
  • Kehamilan pertama
  • Riwayat keluarga dengan preeklampsia
  • Kehamilan ganda (kembar atau lebih)
  • Usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun
  • Obesitas atau penyakit kronis seperti diabetes dan lupus

Gejala Eklampsia

  • Kejang
  • Tekanan darah sangat tinggi
  • Sakit kepala berat
  • Gangguan penglihatan (kabur atau sensitif terhadap cahaya)
  • Nyeri di perut bagian atas (terutama di bawah tulang rusuk)
  • Mual dan muntah
  • Penurunan kesadaran


Studi Kasus: Eklampsia pada Ibu Hamil

Kasus Nyata: Seorang Ibu Muda Mengalami Eklampsia

Seorang wanita berusia 25 tahun, yang sedang hamil anak pertama pada usia kehamilan 32 minggu, datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala hebat dan penglihatan kabur. Ia memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang meningkat selama kehamilan. Beberapa jam setelah tiba di rumah sakit, pasien mengalami kejang mendadak yang berlangsung selama 60 detik. Dokter segera memberikan magnesium sulfat untuk mengontrol kejang dan menurunkan tekanan darah dengan labetalol. Kondisinya membaik setelah mendapatkan perawatan intensif, dan bayi harus segera dilahirkan melalui operasi caesar untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi.

Penanganan dan Pencegahan

  • Pemberian Magnesium Sulfat: Untuk mencegah kejang lebih lanjut
  • Obat Antihipertensi: Seperti labetalol atau nifedipin
  • Persalinan Dini: Jika kondisi ibu memburuk, bayi harus segera dilahirkan
  • Pemeriksaan Rutin: Ibu hamil harus melakukan kontrol tekanan darah secara teratur


Tidak ada komentar:

Posting Komentar